Sabtu, 03 Juli 2010

Perbedaan perspektif Barat dan Timur dalam konsep “Promosi Diri”


Di Barat, orang yang mengampanyekan kelebihan-kelebihan dirinya untuk mendapatkan pengakuan dari lingkungannya (eksistensi diri), dianggap wajar bahkan dianjurkan. Selain agar lebih dikenal, sikap ini juga dapat meningkatkan rasa percaya diri. Karena itu, tak heran, para tokoh-tokoh politik misalnya seperti di Amerika, tanpa ragu-ragu aktif mengampanyekan diri, menunjukkan kelebihan-kelebihannya, bahkan acapkali menunjukkan kelemahan lawan, menutupi kekurangan diri, dan pada akhirnya dipilih oleh sebagian besar rakyat. Semakin percaya diri dengan kelebihan-kelebihannya, semakin dianggap mampu dan dapat diandalkan. Hal ini juga bisa terjadi di kalangan swasta, atau pada kelompok-kelompok pergaulan kecil, misalnya di kalangan remaja, mahasiswa, dan lain-lain. Menunjukkan kelebihan diri merupakan suatu keharusan untuk memperoleh eksistensi diri dan kepercayaan diri.
Berbeda dengan di Timur. Tindakan memromosikan atau mengampanyekan diri dianggap tidak patut. Orang itu akan dianggap sombong, ambisius, dan pada akhirnya dijauhi. Kita bisa melihat contoh pada pemilihan umum lalu, di mana Amien Rais yang berani mencalonkan diri, bersuara vokal dan hadir di mana-mana untuk menunjukkan kemampuan dan kapasitas dirinya sebagai calon presiden, ternyata banyak mendapat cemoohan karena dianggap sombong dan tidak mengerti budaya Timur yang ‘penuh sopan-santun’. Karena itu, tak heran budaya politik kita adalah budaya politik ewuh pakewuh. Sang pemimpin biasanya dianggap tidak pantas untuk mencalonkan diri, tetapi lebih pantas kalau dicalonkan. Maka yang terjadi adalah ‘rekayasa dicalonkan’. Mengumpulkan konstituen partai, lalu bersepakat meminta restu untuk bersedia dicalonkan, dan jawaban sang ketua/calon presiden sangat klise, “Ya, kalau memang rakyat meminta dan membutuhkan, saya bersedia.” Padahal yang sebenarnya adalah keinginannya sendiri.
Di dunia swasta pun demikian. Jika di film-film Barat kita terbiasa melihat bagaimana calon karyawan begitu meyakinkan memromosikan kelebihan-kelebihan dan kemampuannya pada saat interview dan kemudian mendapat salam selamat bergabung dari pewawancara, di kehidupan kita sehari-hari kadang yang terjadi sebaliknya. Kita malah dianggap high profile dan meragukan. Sehingga, tak heran, para calon karyawan biasanya harus cukup berhati-hati dalam ‘menjual diri’ di hadapan pewawancara agar tidak terkesan sombong dan terlalu percaya diri.
Terlebih dalam pergaulan sehari-hari. Kita terbiasa untuk bersikap ‘munafik’. Sebenarnya ingin dikenal, tapi karena takut dicap sombong akhirnya menggunakan orang lain atau menunggu orang lain mengenal dan mengetahui kelebihan kita pelan-pelan dengan cara ‘menonjolkan diri’ secara diam-diam, misalnya memanfaatkan situasi ketika orang lain sedang membutuhkan, melakukan pembunuhan karakter ‘lawan politik’ dengan memunculkan isu lawan yang high profile bersamaan dengan memunculkan sikap kita yang low profile untuk menarik simpati, atau memanfaatkan rasa kasihan orang lain terhadap kemalangan kita.
Hal ini memberikan gambaran bahwa strategi public relation antara Barat dan Timur pun seharusnya berbeda, karena ternyata dalam memandang suatu sikap dan tindakan promosi diri pun berbeda. (BSW)

Oh Bama! It’s So Hillary-ious…

Oh Bama! It’s So Hillary-ious..
Oleh: Bambang Sukma Wijaya
Apa yang menarik dari pemilihan presiden Amerika Serikat kali ini? Tak lain adalah dua kandidat dari Partai Demokrat yang bersaing yakni, Barack Obama (46) dan Hillary Clinton (60). Bukan karena Partai Demokrat cenderung berada di atas angin setelah presiden berkuasa saat ini yang berasal dari Partai Republik, George W Bush dianggap gagal membawa negaranya ke arah kemajuan bahkan merusak citra negara adidaya tersebut di mata dunia, namun karena kedua kandidat unggulan Partai Demokrat itu akan menjadi ujian demokrasi terbesar sepanjang segala abad bagi negeri yang dikenal sebagai panglima demokrasi dunia tersebut.

Hitamnya Amerika

Barack Hussein Obama, Jr akan menjadi presiden kulit hitam pertama di AS. Kulit hitam? Ya, Amerika dipimpin oleh seorang kulit hitam memang sesuatu yang janggal. Sebagai ras minoritas yang hidup di bawah dominasi ras kaukasian kulit putih, kaum kulit hitam tentu berada di lapis ke sekian. Walaupun, dalam beberapa bidang, banyak tokoh Amerika dari kaum kulit hitam, seperti Martin Luther King dan Malcolm X. Jagad hiburan dan olahraga juga banyak mencatat prestasi kaum kulit hitam seperti Muhammad Ali, Denzel Washington, Will Smith, Bill Crosby, Opray Winfrey yang sebagian di antaranya bahkan menjadi legendaris.
Namun, siapkah Amerika dipimpin oleh seorang Presiden berkulit hitam?
Sejarah mencatat, Amerika kerap diwarnai kerusuhan rasial. Dan umumnya dipicu oleh arogansi superioritas dominasi kaum kulit putih. Pada tahun 1917 misalnya. Terjadi kerusuhan rasial di East St. Louis. Lalu berturut-turut pada tahun 1919 di Chicago dan Knoxville, Tenn, tahun 1921 di Tulsa, tahun 1965 kerusuhan Watts di Los Angeles, tahun 1966 kerusuhan Hough di Cleveland, tahun 1967 kerusuhan 12th Street di Detroit dan kerusuhan di Newark, tahun 1968 terjadi kerusuhan di seluruh penjuru negeri setelah pembunuhan Martin Luther King Jr, tahun 1971 kembali terjadi kerusuhan di Camden, N.J., tahun 1980 di Chattanooga, Tenn, tahun 1992 kerusuhan di Los Angeles, dan tahun 2001 terjadi kerusuhan di Cincinnati.
Berbagai kerusuhan rasial yang mewarnai sejarah Amerika tersebut mensinyalkan bahwa tidak mudah bagi warga kulit berwarna untuk mendapatkan privilege seistimewa warga kulit putih, apalagi untuk menjadi pemimpin nomor satu di negeri sejuta selebritis tersebut.

Femininnya Amerika

Apa yang terpikir di benak Anda ketika mendengar Amerika yang superpower, superego, supermacho dan superarogan itu dipimpin oleh seorang wanita? Hillary Diane Rodham Clinton akan menjadi presiden wanita pertama di AS.
Untuk ukuran negara ‘panglima’ demokrasi, sungguh Amerika merupakan negara ‘terbelakang’ dalam hal ‘mempersilakan wanita’ sebagai pemimpin sebuah negara. Negara ini kalah jauh dari negara-negara berkembang atau miskin seperti Bangladesh, Pakistan, India, Indonesia, Filipina, dan lain-lain. Meskipun beberapa pos penting mulai diduduki perempuan seperti jabatan menteri luar negeri, namun untuk jadi penguasa gedung putih, negara ini seperti masih ‘enggan’ dipimpin oleh seorang wanita. Bahkan untuk jabatan orang kedua, yakni wakil presiden sekalipun.
Padahal, seperti diketahui, meskipun tidak lahir dari negara ini, gerakan feminisme justru mendapat lahan subur di negeri ini ketika tahun 1967 terbentuk Student for a Democratic Society (SDS) yang mengadakan konvensi nasional di Ann Arbor kemudian dilanjutkan di Chicago pada tahun yang sama. Dari sini kemudian muncul kelompok “feminisme radikal” dengan membentuk Women´s Liberation Workshop yang lebih dikenal dengan singkatan “Women´s Lib”. Women´s Lib mengamati bahwa peran kaum perempuan dalam hubungannya dengan kaum laki-laki dalam masyarakat kapitalis terutama Amerika Serikat tidak lebih seperti hubungan yang dijajah dan penjajah. Di tahun 1968 kelompok ini secara terbuka memprotes diadakannya “Miss America Pegeant” di Atlantic City yang mereka anggap sebagai “pelecehan terhadap kaum wanita dan komersialisasi tubuh perempuan”. Gema ´pembebasan kaum perempuan´ ini kemudian mendapat sambutan di mana-mana di seluruh dunia. Berbagai aliran bermunculan. Selain feminisme radikal, ada feminisme liberal, feminisme post modern, feminisme anarkis, feminisme marxis, feminisme kapitalis, feminisme sosialis, feminisme postkolonial, dan lain-lain.
Namun, menjadi presiden wanita Amerika Serikat tetap merupakan suatu hal yang tidak semudah berkembang-suburnya gerakan feminisme. Stigma dominasi pria masih cukup kuat dalam budaya negeri Paman Sam tersebut. Hitunglah berapa banyak anggota senat wanita dibandingkan anggota senat pria. Hitunglah berapa banyak menteri-menteri dan pejabat negara wanita dibandingkan pejabat pria. Hitunglah berapa banyak hero wanita yang digambarkan dalam film-film produksi Hollywood dibandingkan hero atau jagoan pria.
Karena itu, menjadi presiden wanita pertama Amerika Serikat? Bukan saja sebuah prestasi dan terobosan baru, namun juga merupakan sebuah keberanian yang luar biasa. Mampukah Hillary mengembannya?

Obama vs Hillary
Meskipun keduanya berasal dari partai yang sama, namun dari kampanye-kampanyenya terlihat jelas perbedaan antara Obama dan Hillary dalam menerapkan strategi menjaring pemilih.
Obama lebih menyasar kaum muda, kulit hitam dan para pria kulit putih dari kalangan intelektual perguruan tinggi (college-educated white men). Tema perubahan dengan slogan “CHANGE We Can Believe In” dalam kampanye-kampanyenya sangat kental merasuk kaum muda dan moderat yang sudah merasa sangat jenuh dengan kepemimpinan presiden saat ini George W. Bush dari Partai Republik.
Obama juga dinilai memiliki kompetensi, wawasan dan pengalaman yang lebih baik dengan negara-negara lain terutama dunia ketiga, mengingat latar belakangnya yang sangat berwarna. “Itu artinya dia punya sensitivitas lebih akan dunia luas daripada orang yang tinggal di AS selama hidupnya,” kata Robert Lamont (53) pekerja USAID di Jakarta seperti dikutip kantor berita AFP, Selasa (5/2/2008). Dengan sensitivitasnya tersebut, Obama diperkirakan bakal menghindari jejak uniteralisme Bush yang sangat dibenci warga dunia.
Harapan besar dipikulkan ke pundaknya untuk mengembalikan kehormatan Amerika di mata dunia setelah diporandakan oleh Bush. Ia ingin merangkul seluruh rakyat Amerika tanpa pandang bulu, memberi harapan akan kemajuan bangsanya. Tak heran ia dijuluki John F. Kennedy muda dan penerus Martin Luther King, Jr. “Persatuan adalah kebutuhan kita yang paling utama,” kutipnya atas sebuah ucapan King. “Kita tidak akan berhasil membangun diri kita dengan cara menjatuhkan satu sama lain. Kita tidak akan berhasil berjalan dalam kebohongan atau ketakutan atau kebencian. Itu adalah racun yang harus kita bersihkan dari politik kita, dinding yang harus kita robohkan sebelum terlambat,” kata Obama dalam sebuah kampanyenya di South Carolina.
Sementara Hillary menyasar pemilih kulit putih, kelas menengah, wanita dan orang tua. Beberapa kali Hillary menyindir Obama bahwa perubahan tanpa solusi nyata tak ada artinya. Karena itu ia telah menyiapkan sejumlah program untuk kesejahteraan masyarakat seperti program asuransi kesehatan untuk semua, dan perbaikan ekonomi nasional. “Gerakan hak asasi manusia adalah tentang keadilan ekonomi,” tegasnya dalam sebuah kampanyenya di Harlem, New York. Terlihat bahwa apa yang ditawarkan oleh Hillary bersifat domestik yang merupakan concern khas kaum wanita dan ibu rumah tangga.
Bila dipetakan, maka strategi Obama dan Hillary adalah sebagai berikut:
positioning1.jpg
Dari peta di atas, tergambar bahwa segmen pemilih Obama ‘potensial’ mendasarkan pilihannya atas pertimbangan rasional, sedangkan Hillary berpotensi pada pertimbangan emosional. Beberapa indikatornya adalah sebagai berikut:
1. Kaum muda (terutama di negara maju seperti AS) kebanyakan adalah kaum terpelajar, di mana selaput-selaput sentimen rasialisme dan etnisisme tampak kurang menonjol. Mereka juga, cenderung lebih berani dan kritis terhadap keadaan yang menimpa negara mereka. Semangat kebersamaan yang tinggi tanpa memandang ras, membuat mereka sangat mudah tertarik pada isu-isu perubahan yang krusial dan menyentuh harga diri mereka sebagai warga bangsa masa depan. Tak heran, mereka dengan cepat terpesona dan tertular oleh semangat perubahan dan harga diri bangsa yang dipancarkan oleh Obama.
2. Kaum wanita memilih wanita tentu lebih berat pada pertimbangan emosional. Demikian pula orang-orang tua yang mendambakan kenyamanan hidup di hari tua, akan memilih calon pemimpin yang menjanjikan kesejahteraan daripada isu-isu semangat harga diri bangsa atau isu-isu perubahan yang lebih bersifat politis.
3. Meskipun kedua kubu menyemburatkan aura sentimen rasial, namun segmen pemilih Obama sebagian adalah justru datang dari kaum kulit putih pria berpendidikan tinggi. Hal ini semakin menegaskan ‘kerasionalan’ segmen pemilih Obama, ketimbang Hillary yang hampir seratus persen didominasi hanya oleh kaum kulit putih.
Sementara itu, dari platform dan positioning kandidat, terlihat bahwa gender memiliki pengaruh yang cukup signifikan. Isu-isu yang ditawarkan Obama ‘sangat laki-laki’, sedangkan yang ditawarkan Hillary ‘sangat perempuan’. Tak heran, sebagian pemilih pria kulit putih cenderung memilih dan ‘lebih percaya’ Obama ketimbang Hillary, meskipun Obama berkulit hitam (campuran). Dalam hal ini, sentimen ras rupanya tidak memiliki pengaruh terhadap pemilihan isu kampanye masing-masing kandidat.
Jika demikian, maka dapat diperkirakan, bahwa bola pertimbangan pemilih akan menggelinding pada isu yang didasarkan pada kegenderan kandidat daripada kesentimenrasan kandidat.
basis-isu.jpg
Obama + Hillary
Jika prediksi di atas benar, dalam arti pemilih tidak lagi mendasarkan pilihannya atas pertimbangan sentimen ras, tapi lebih kepada pertimbangan isu yang ditawarkan, yang dari analisis positioning kandidat tampak bahwa isu-isu Obama ‘sangat laki-laki’ dan isu Hillary ‘sangat perempuan’, maka dapat dipastikan bahwa Obama-lah yang menang.
Dalam hal ini, dengan ‘kelaki-lakian’ isunya yang banyak menyorot pada ‘urusan non-domestik’ rumah tangga negara (perubahan kebijakan luar negeri, kebijakan ekonomi yang mampu mengangkat kembali reputasi AS di mata dunia), Obama dapat saja menarik simpati banyak kaum kulit putih (pria, wanita, orang tua, anak muda) untuk lebih memilih dirinya ketimbang Hillary yang lebih banyak fokus pada ‘urusan domestik’ rumah tangga negara (kesehatan masyarakat, keadilan ekonomi, dan lain-lain).
Hal ini terbukti dengan ‘kemenangan tak terduga’ Obama pada pemilihan pendahuluan di tiga negara bagian yakni Virginia, Maryland dan Washington DC serta Maine pada Selasa 12/2/2008 yang merupakan basis kulit putih. Banyak pengamat berspekulasi bahwa kemenangan itu disebabkan para pemilih wanita dan orang tua kulit putih mulai menanggalkan keraguan mereka terhadap kapabilitas dan kredibilitas Obama. Namun, sesungguhnya, jika ditilik lebih seksama, untuk negara besar dan adidaya seperti Amerika yang memiliki peranan paling penting di pentas dunia, sudah selayaknya memikirkan isu-isu yang mengangkat peran dan harga diri Amerika di mata dunia seperti yang diusung Obama, ketimbang hanya fokus pada isu-isu ‘urusan rumah tangga’ dalam negeri sebagaimana yang lazim di negara-negara dunia ketiga yang kebanyakan penduduknya berada di bawah garis kemiskinan.
Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa isu yang membentuk positioning Obama lebih strategis daripada isu yang membentuk positioning Hillary, terutama di mata pemilih yang berjiwa ‘Amerika pemimpin dunia’ dan bukan sekadar ‘Amerika sebuah negara’. Hal ini juga seperti menegaskan hasil polling majalah TIME yang dirilis 8 Februari 2008 lalu yang mengatakan bahwa McCain (kandidat terkuat dari Partai Republik) akan lebih mudah mengalahkan Hillary ketimbang Obama di pemilihan presiden November nanti. Dalam polling tersebut, responden akan memilih Obama 48% dan McCain 41% jika terjadi duel Obama-McCain, sedangkan jika terjadi duel Hillary-McCain maka masing-masing memperoleh dukungan suara sama yakni 46%. Ini berarti McCain lebih susah mengalahkan Obama ketimbang Hillary. Menurut Mark Schulman, CEO Abt SRBI, yang mengadakan polling untuk TIME, kuncinya adalah kaum independen atau swing voter. “Para independen lebih cenderung ke McCain jika dia berhadapan dengan Clinton. Namun mereka lebih cenderung ke Obama jika dia (McCain) melawan Senator Illinois itu,” kata Schulman.
Namun, pemilihan pendahuluan belum berakhir. Jika hasil akhir menunjukkan Clinton (Hillary)-lah yang menang, banyak pengamat berasumsi hal tersebut membuktikan sentimen rasial masih membayangi Amerika. Bagi mereka (para pemilih), presiden perempuan kulit putih lebih baik daripada presiden kulit hitam.
Hal yang menarik adalah jika keduanya bergabung (berpasangan), maka akan menciptakan kekuatan yang luar biasa terutama dalam menghadapi pesaing mereka dari Partai Republik pada November mendatang. Baik Obama maupun Hillary terbukti memiliki pendukung yang kuat, dan masing-masing pun memiliki kelebihan dan kekurangan yang bisa saling melengkapi. Apakah itu Obama yang calon Presiden dan Hillary yang menjadi Calon Wakil Presiden atau sebaliknya, tak jadi soal, asalkan mereka menjadi satu paket sebagai calon presiden dan wakil presiden dari Partai Demokrat. Dalam sejarah AS, kemungkinan tersebut bukan tidak pernah terjadi. Pada 1980, Ronald Reagan memasang George H. Bush sebagai calon wakilnya meskipun Bush adalah pesaingnya dalam pemilu pendahuluan Republik. Demikian pula pada 1992, Bill Clinton memilih Al Gore, pesaingnya, menjadi pasangan dari Demokrat.
Baik Obama maupun Hillary, dengan kekuatan basis pemilihnya dari kalangan kulit hitam dan perempuan, diprediksi mampu menarik lebih banyak suara jika berpasangan, meskipun keduanya pun memiliki ‘tugas berat’ mendobrak stigma pemimpin Amerika selama ini yang senantiasa berputar pada lingkaran WASP (White, Anglo Saxon and Protestant), eksekutif dan laki-laki. Keduanya akan membuka lembaran baru sejarah Amerika sebagai presiden kulit hitam pertama atau presiden wanita pertama di negara adidaya tersebut.

Perkembangan Komunikasi Teknologi dalam organisasi & perusahaan

Implikasi Perkembangan TI dalam Organisasi dan Koreksi Atas Teori Media Richness

 Oleh: Bambang Sukma Wijaya

Perkembangan teknologi informasi yang berkembang pesat dewasa ini membuat banyak organisasi/perusahaan melakukan tranformasi teknologi informasi maupun budaya perusahaan. Elizabeth Lane Lawley (1994) menyebut penerapan TI dalam organisasi berimplikasi pada perubahan struktur organisasi dari dekonsentrasi (sentralisasi) menjadi desentralisasi, dari vertical menjadi horizontal.
Implikasi perkembangan TI dalam organisasi dan perusahaan
Implikasi perkembangan TI dalam organisasi dan perusahaan (source: Bambang Sukma Wijaya, 2007)
Perkembangan teknologi informasi juga memunculkan gaya hidup atau cara kerja baru yakni e-office atau virtual organization dan home office. Fenomena e-office menjadikan organisasi berbasis informasi dan gaya kepemimpinan menjadi fleksibel karena memiliki visi untuk senantiasa melakukan perubahan misi sesuai perkembangan situasi. Perusahaan tidak lagi harus mengandalkan ratusan computer, ratusan karyawan, dan gedung sekian lantai untuk membangun kantor perusahaan bonafid. Cukup dengan seperangkat teknologi informasi maka seluruh pekerjaan dapat dilakukan secara virtual. Sehingga biaya-biaya dapat ditekan seminimal mungkin dan margin keuntungan dapat dimaksimalkan.
Biasanya perusahaan virtual mengandalkan tenaga-tenaga freelance berkualitas dan professional. Demikian pula karyawan-karyawan dapat bekerja lintas waktu di rumah masing-masing, sambil menjalankan pekerjaan lain. Klien-klien pun tidak harus selalu bertemu langsung. Karena bisa dilakukan melalui internet, teleconference, video call, dan lain-lain yang kurang lebih sama efektifnya dengan pertemuan langsung secara fisik.
Hal ini mengubah paradigma dan definisi kehadiran sosial menurut pandangan teori Media Richness. Dikemukakan bahwa semakin tinggi kehadiran sosial suatu media maka semakin efektif media tersebut. Dalam teori tersebut, parameter kehadiran sosial diukur menurut tingkat kehadiran fisik. Padahal, di zaman cyber sekarang ini, kehadiran sosial berpindah ke makna baru berupa kehadiran virtual.
Teori Media Richness dan redefinisi kehadiran sosial
Teori Media Richness dan redefinisi kehadiran sosial (source: Bambang Sukma Wijaya, 2007)
Kehadiran sosial bisa sama efektifnya dengan kehadiran virtual. Begitu banyak komunitas-komunitas atau kelompok sosial muncul dalam virtual dan membangun kedekatan sosial tanpa suatu kehadiran fisik, seperti fenomena milis, friendster, facebook, dan lain-lain. Karena itu, makna kehadiran sosial dalam teori Media Richness harus mengalami redefinisi dengan memperluas cakupannya bukan hanya kehadiran fisik, tetapi juga kehadiran virtual. (BSW –complete paper is available on writer’s desk)

Komunikasi Inovasi dalam Perspektif Komunikasi Pembangunan

Oleh M Badri
I. PENGERTIAN KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
Dalam penyelenggaraan pembangunan, diperlukan suatu sistem komunikasi agar terjalin komunikasi efektif dan memiliki makna yang mampu mengarahkan pencapaian tujuan pembangunan. Hal itu perlu sekali dilakukan karena proses pembangunan melibatkan berbagai elemen masyarakat. Komunikasi pembangunan ini harus mengedepankan sikap aspiratif, konsultatif dan relationship. Karena pembangunan tidak akan berjalan dengan optimal tanpa adanya hubungan sinergis antara pelaku dan obyek pembangunan. Apalagi proses pembangunan ke depan cenderung akan semakin mengurangi peran pemerintah, seiring semakin besarnya peran masyarakat.
Konsep komunikasi pembangunan sangat membuka peluang untuk mendorong komunikasi intensif melalui dialog dengan kelompok-kelompok strategis dalam rangka membangun kemitraan untuk mempengaruhi kebijakan publik sebelum diputuskan. Berbagai kelompok yang perlu dilibatkan dalam kemitraan antara lain Perguruan Tinggi, LSM, pers dan berbagai elemen pendukung pembangunan lainnya. Agar komunikasi pembangunan berjalan dengan efektif, maka diperlukan suatu pusat komunikasi yang menjadi rujukan dari pelaku-pelaku pembangunan maupun pihak-pihak yang berkompeten dalam penyelenggaraan pembangunan untuk memperoleh informasi dan koordinasi pembangunan secara terpadu.
Uraian di atas sesuai dengan pengertian komunikasi pembangunan yang dikemukakan oleh beberapa sumber, antara lain:
· Aplikasi komunikasi dalam program pembangunan (Andi Faisal Bakti. Communication and Family Planning Islam in Indonesia, South Sulawesi Muslim Perseptions of Global Development Program. Jakarta: Seri INIS XLV, 2004).
· Strategi yang menekankan pada perlunya sosialisasi pembangunan kepada para pelaku pembangunan daerah dan masyarakat secara umum melalui berbagai media strategis. Penggunaan media-media strategis tersebut sangat disesuaikan dengan karakteristik khalayak sasaran yang berkepentingan dengan informasi pembangunan daerah (Rosalita Bekti dalam Pranata Pusat Komunikasi Pembangunan Daerah, Bangda Depdagri).
· Suatu cabang teori atau praktek komunikasi yang mempunyai kaitan dengan penerapan pengertian yang mendalam dari teori komunikasi untuk menunjuk permasalahan pengembangan dan modernisasi. Tujuannya yaitu menemukan strategi untuk mengerahkan orang-orang dan sebagai konsekwensi sumber daya, untuk tujuan pengembangan (The Free Encyclopedia. Development communication. http://en.wikipedia.org/wiki/Development_communication).
· Proses penyebaran pesan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada khalayak guna mengubah sikap, pendapat, dan perilakunya dalam rangka meningkatkan kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah, yang dalam keselarasannya dirasakan secara merata oleh seluruh rakyat (Onong Uchjana Effendy)
· Suatu wilayah yang luas untuk menemukan pendekatan dari seseorang kepada khalayak dari berbagai ideologi dengan pendekatan metodologis, dengan menggarisbawahi pentingnya penekanan interaktif dan proses partisipasi untuk perluasan informasi dari masyarakat yang sedang berproses (Guy Bassette dalam Development communication. http://web.idrc.ca)
· Komunikasi yang berdampak langsung pada hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan untuk mencapai tujuan-tujuan dalam pembangunan itu (http://www.commit.com/interac.html)
· Usaha-usaha terorganisir menggunakan proses komunikasi dan media untuk membawa kemajuan sosial dan ekonomi, umumnya di negara-negara berkembang (http//:www.museum.tv/archives).
· Usaha yang terorganisir untuk menngunakan proses komunikasi dan media dalam meningkatkan taraf sosial dan ekonomi, yang secara umum berlangsung dalam negara sedang berkembang (Peterson dalam Dila).
Berdasarkan pandangan dan kenyataan yang berkembang, dapat dirangkum dalam dua perspektif pengertian:
1. Dalam arti luas
Melibatkan masalah yang luas: komunikasi politik, komunikasi sosial-budaya, dan kebijakan komunikasi. Komunikasi pembangunan dalam arti luas meliputi peran dan fungsi komunikasi sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik di antara masyarakat dan pemerintah, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan.
2. Dalam arti sempit
Dalam arti sempit pengertian komunikasi pembangunan adalah segala upaya, cara dan teknik penyampaian gagasan dan keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan kepada masyarakat yang menjadi sasaran, agar dapat memahami, menerima dan berpartisipasi dalam pembangunan.
Dalam konteks ini kompem dilihat sebagai rangkaian usaha mengomunikasikan pembangunan kepada masyarakat, agar mereka ikut serta dalam memperoleh manfaat dari kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu bangsa. Usaha tersebut mencakup studi, analisis, promosi, evaluasi, dan teknologi komunikasi untuk seluruh sektor pembangunan. Pengertian ini tercermin dalam sejumlah kegiatan sistematis yang dilakukan oleh berbagai badan, dan lembaga yang bersifat lokal, nasional maupun internasional dalam menyebarkan gagasan pembangunan kepada khalayak ramai.
Menurut Academy Educational Development, komunikasi pembangunan selama ini selalu bersifat elektrik atau merupakan kumpulan dari berbagai disiplin ilmu: desain instruksional, jurnalisme, periklanan, pemasaran, teknik, psikologi bahavioral, antropologi, teater dan seni visual untuk memproduksi program komunikasi.
3. Konsep lain Komunikasi Pembangunan
Komunikasi pembangunan merupakan disiplin ilmu dan praktikum komunikasi dalam konteks negara-negara yang sedang berkembang, terutama komunikasi untuk perubahan sosial yang terencana. Komunikasi pembangunan bertujuan untuk meningkatkan pembangunan manusia yang berarti menghapuskan kemiskinan, pengangguran, dan ketidakadilan (Quebral dan Gomes dalam Development of Communication: Some Implications: 1971).
Hal utama yang dilakukan komunikasi pembangunan:
§ Membuka pemahaman
§ Wawasan berpikir
§ Pengayaan pengetahuan dan keterampilan
§ Pemberdayaan masyarakat secara menyeluruh
Tiga aspek komunikasi dan pembangunan yang saling berkaitan:
  1. Pendekatan yang berfokus pada pembangunan suatu bangsa, dan bagaimana media massa dapat menyumbang dalam upaya tersebut. Di sini politik dan fungsi-fungsi media massa dalam pengertian yang umum merupakan objek studi, sekaligus masalah yang mneyangkut struktur organisasional dan kepemilikan, serta kontrol terhadap media. Untuk studi ini digunakan istilah kebijakan komunikasi dan merupakan pendekatan yang paling luas dan bersifat umum.
  2. Pendekatan yang lebih spesifik memahami peranan media massa dalam pembangunan nasional. Menurut pendekatan ini, media massa sebagai pendidik atau guru, dan idenya adalah bagaimana media massa dapat dimanfaatkan untuk mengajarkan kepada masyarakat berbagai keterampilan, dan dalam kondisi tertentu memengaruhi sikap mental dan perilaku mereka. Persoalan utama pendekatan ini, bagaimana media dapat dipakai secara efisien untuk mengajarkan pengetahuan tertentu bagi masyarakat suatu bangsa.
  3. Pendekatan yang berorintasi pada perubahan yang terjadi pada suatu komunitas lokal atau desa. Pendekatan ini berkonsentrasi pada bagaimana aktivitas komunikasi dapat dipakai dalam menyebarkan ide-ide, produk dan cara-cara baru di suatu desa atau wilayah.
Pembangunan pada dasarnya minimal melibatkan tiga komponen:
- Komunikator : aparat pemerintah atau masyarakat
- Pesan pembangunan: Program-program pembangunan
- Komunikan : masyarakat luas yang menjadi sasaran (desa/kota)
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi pembangunan merupakan suatu strategi yang menekankan pada perlunya sosialisasi pembangunan kepada para pelaku pembangunan berupa penyebaran pesan oleh seseorang atau sekelompok kepada khalayak guna mengubah sikap, pendapat, dan perilakunya dalam rangka meningkatkan kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah untuk mencapai tujuan pembangunan yang manfaatnya dapat dirasakan secara merata oleh seluruh rakyat.
Dari kesimpulan itu dapat ditarik benang merah bahwa komunikasi pembangunan menganut prinsip-prinsip modernisasi dalam pembangunan, dengan tidak lagi memposisikan pemerintah lebih tinggi daripada rakyat yang hanya membentuk pola komunikasi top down. Karena di negara yang menganut sistem politik terbuka, sebagaimana yang menjadi tuntutan dan cita-cita era reformasi ini idealnya memandang rakyat dalam posisi setara. Pola komunikasi yang relevan adalah bottom up dan horizontal. Dengan pola tersebut maka proses pembangunan sejak perencanaan dapat dilakukan secara bersama dengan melibatkan semua pihak baik obyek, pelaku, maupun fasilitator. Karena dengan adanya komunikasi yang baik maka perbedaan latar belakang dan kepentingan tidak lagi menjadi penghambat pembangunan.
II. PERSPEKTIF KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
a. Komunikasi Pembangunan dalam Perspektif Psikologi
Uraian Hagen (1962: E. M. Hagen. On the theory of social change, Homewood III, Dorsey Press) dan McClelland (1961: The Achieving Society. Princeton: Van Nostran) dalam Nasution (2004) melihat pembangunan dengan pendekatan psikologi interaksional. Salah satu pandangan Hagen yang kuat relevansinya dengan peranan komunikasi dalam pembangunan adalah penekanan analisis yang lebih mendalam pada masalah efek komunikasi. Sementara McClelland lebih melihat peran opini publik sebagai proses komunikasi dalam pembangunan.
Kedua pandangan ini lebih menonjolkan aspek, dan makna fundamental dari personalitas anggota suatu masyarakat dalam sistem sosial. Jenis personalitas yang ada selalu berhubungan dengan sistem komunikasi yang ada dan dianut dalam masyarakat. Dengan demikian secara umum dapat dikatakan bahwa jenis personalitas yang terbentuk dapat menimbulkan efek apabila:
§ Perhatian terhadap proses internal yang terjadi pada saat suatu pesan dasar diterima, proses intrapsikis yang terjadi pada diri seseorang (within-self communication).
§ Ongkos modernisasi demikian besar, namun pada tingkat tertentu hal tersebut dapat diatasi melalui sistem komunikasi.
Pandangan psikologi melihat pentingnya suatu efek komunikasi sebagai akibat proses interaksi yang dilakukan melalui pesan-pesan komunikasi sehingga timbul efek berantai dari khalayak. Di sini Hagen melihat pentingnya peran keluarga, sebagai proses kunci suksesnya memotivasi bagi pembangunan yang diharapkan. Melalui keluarga, sosialisasi ide ataupun pesan pembangunan dapat diformulasikan ke dalam proses tersebut. Dan perlunya pembentukan basis komunitas atau masyarakat yang terintegrasi dengan komunitas lainnya yang lebih siap untuk menghadapi serbuan datangnya modernisasi.
Alhasil masyarakat yang tadinya introvert bergeser menuju masyarakat yang bersifat ekstrovert sehingga individu dapat berinteraksi secara leluasa. Ketika proses pembangunan berlangsung secara normatif pada tingkat praktis, akan memunculkan bentuk hubungan baru yang memerlukan norma-norma baru pula sebagai hasil konsensus bersama. Untuk menyebarkan norma-norma baru itu, tentunya komunikasi merupakan suatu instrumen yang utama.
b. Komunikasi Pembangunan dalam Perspektif Ilmu Komunikasi
Wilbur Scharmm (1976: Mass media and national development: the role of information in developing countries. Stanford university press) dalam kajian tentang komunikasi dalam pembangunan nasional menjelaskan peran media massa:
1. Menyampaikan kepada masyarakat informasi tentang pembangunan, agar mereka memusatkan perhatian pada kebutuhan akan perubahan, kesempatan dan cara mengadakan perubahan, sarana-sarana perubahan, dan membangkitkan aspirasi nasional.
2. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil bagian secara aktif dalam proses pembuatan keputusan, memperluas dialog agar melibatkan semua pihak yang akan membuat keputusan mengenai perubahan, memberi kesempatan kepada para pemimpin masyarakat untuk memimpin dan mendengarkan pendapat rakyat kecil, dan menciptakan arus informasi yang berjalan lancar dari atas ke bawah.
3. Mendidik tenaga kerja yang diperlukan pembangunan, mulai orang dewasa hingga anak-anak, sejak baca tulis hingga keterampilan teknis yang mengubah hidup masyarakat.
Media massa menurut Schramm, media massa secara sendirian ataupun bersama lembaga lain dapat melakukan fungsi-fungsi sebagai berikut:
1. Sebagai pemberi informasi. Tanpa media massa sangatlah sulit untuk menyampaikan informasi secara cepat dan tepat waktu.
2. Pembuatan keputusan. Dalam hal ini media massa berperan sebagai penunjang karena fungsi ini menuntut adanya kelompok-kelompok diskusi yang akan membuat keputusan, dan media massa menyampaikan bahan untuk didiskusikan serta memperjelas masalah yang sedang diperbincangkan.
3. Sebagai pendidik. Sebagian besar dilaksanakan sendiri oleh media massa, sedangkan bagian yang lainnya dikombinasikan dengan komunikasi antarpribadi. Misalnya program-program pendidikan luar sekolah, atau siaran pendidikan.
Banyaknya penafsiran tentang peranan komunikasi dalam pembangunan, mendorong Hedebro (1979: Communication and social change in developing nation. Ekonomiska-Institute. Stockholm) dalam Nasution (2004) menyusun peran yang bisa dilakukan komunikasi dalam pembangunan, yakni:
1. Komunikasi dapat menciptakan iklim bagi perubahan dengan membujukkan nilai-nilai, sikap, mental, dan bentuk perilaku yang menunjang modernisasi.
2. Komunikasi dapat mengajarkan keterampilan baru, baca tulis, hingga lingkungan.
3. Media massa dapat bertindak sebagai pengganda sumber-sumber daya pengetahuan.
4. Media massa dapat mengantarkan pengalaman-pengalaman yang seolah-olah dialami sendiri sehingga mengurangi biaya psikis dan ekonomis untuk menciptakan kepribadian yang mobile.
5. Komunikasi dapat meningkatkan aspirasi yang merupakan perangsang untuk bertindak nyata.
6. Komunikasi dapat membantu masyarakat menemukan norma-norma baru dan keharmonisan dari masa transisi.
7. Komunikasi dapat membuat orang lebih condong untuk berpartisipasi membuat keputusan dalam masyarakat.
8. Komunikasi dapat mengubah struktur kekuasaan pada masyarakat tradisional dengan pengetahuan massa. Mereka yang memperoleh informasi akan menjadi orang yang berarti, dan para pemimpin tradisional akan tertantang oleh kenyataan bahwa ada orang-orang lain yang juga mempunyai kelebihan dalam hal memiliki informasi.
9. Komunikasi dapat menciptakan rasa kebangsaan sebagai sesuatu yang mengatasi kesetiaan-kesetiaan lokal.
10. Komunikasi dapat membantu mayoritas populasi menyadari pentingnya arti mereka sebagai warga negara, sehingga membantu meningkatkan aktivitas politik.
11. Komunikasi memudahkan perencanaan dan implementasi program-program pembangunan yang berkaitan dengan kebutuhan penduduk.
12. Komunikasi dapat membuat pembangunan ekonomi, sosial, dan politik menjadi proses yang berlangsung sendiri.
c. Komunikasi Pembangunan: Masalah distribusi informasi-penerangan, pendidikan-keterampilan, rekayasa sosial, dan perubahan perilaku
Berdasarkan berbagai pemikiran yang dikemukakan para ahli komunikasi, Dila (2007) menyimpulkan bahwa komunikasi pembangunan merupakan proses penyebaran informasi, penerangan, pendidikan dan keterampilan, rekayasa sosial dan perubahan perilaku.
Sebagai proses penyebaran informasi dan penerangan kepada masyarakat, titik pandang komunikasi pembangunan difokuskan pada usaha penyampaian dan pembagian (sharing) ide, gagasan, dan inovasi pembangunan antara pemerintah dan masyarakat. Pada proses tersebut, informasi dibagi dan dimanfaatkan bersama-sama dan seluas-luasnya sebagai sesuai yang berguna untuk kehidupan.
Sebagai proses pendidikan dan keterampilan bagi masyarakat, titik pandang komunikasi pembangunan difokuskan pada penyediaan model pembelajaran publik yang murah dan mudah dalam mendidik, dan mengajarkan keterampilan yang bermanfaat. Dengan bekal pendidikan dan keterampilan yang dimiliki, masyarakat dapat lebih kritis dan mandiri memahami posisinya serta lingkungannya. Melalui interaksi, informasi, komunikasi, dan sosialisasi dalam berbagai saluran, proses komunikasi pembangunan kemudian dianggap sebagai bentuk pencerahan, penguatan dan pembebasan dari ketergantungan dan keterbelakangan sehingga mempermudah menerima suatu inovasi yang ditujukan kepada mereka.
Sebagai proses rekayasa sosial, komunikasi pembangunan dipandang sebagai bentuk pengembangan tindakan komunikasi yang sistematis, terencana dan terarah, dalam melakukan transformasi ide, gagasan atau inovasi melalui informasi yang disebarluaskan dan diterima sehingga menimbulkan partisipasi masyarakat dalam melakukan perubahan. Pada tingkat ini, intervensi komunikasi dalam mengarahkan bentuk rekayasa sosial yang diinginkan dapat berwujud interaksi, partisipasi, dan dukungan atas informasi yang mereka terima.
Sebagai proses perubahan perilaku, komunikasi pembangunan dipandang sebagai proses psikologis, proses sebagai tindakan komunikasi yang berkesinambungan, terarah, dan bertujuan. Proses ini berhubungan dengan aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental, dalam melakukan perubahan. Kredibilitas sumber, isi pesan dan saluran komunikasi sangat berpengaruh dan menentukan perubahan perilaku.
III. STRATEGI KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
Menurut Academy Educational Development (1985:Beyond the flipchart: Three decades of development communication. Washington DC) ada empat strategi komunikasi pembangunan yang telah digunakan saat ini:
1. Strategi-strategi yang didasarkan pada pada media yang dipakai
Para komunikator biasanya mengelompokkan kegiatan mereka di sekitar medium tertentu yang mereka sukai. Strategi ini paling mudah, paling populer, tapi kurang efektif. Secara tipikal strategi ini memulai rencananya dengan mempertanyakan:
§ Apa yang dapat saya lakukan dengan menggunakan radio?
§ Bagaimana caranya agar saya dapat menggunakan televisi untuk menyampaikan pesan saya?
Sejumlah penelitian yang diarahkan pada strategi media tertentu telah dilakukan terutama untuk mengetahui:
§ Media manakah yang terbaik?
§ Media apakah yang termurah biayanya?
§ Media apakah yang terbaik untuk mempopulerkan, mengajarkan, memantapkan, atau mengingatkan sesuatu hal?
2. Strategi-strategi desain instruksional
Umumnya yang menggunakan pendidik. Mereka memfokuskan strateginya pada pembelajaran individu-individu yang dituju sebagai suatu sasaran yang fundamental. Strategi kelompok ini, mendasarkan diri pada teori-teori belajar formal, dan berfokus pada pendekatan sistem untuk mengembangkan bahan-bahan belajar.
Para desainer intruksional merupakan orang-orang yang berorientasi rencana dan sistem (plan and system oriented). Mereka pertama-tama melakukan identifikasi mengenai:
a. Tujuan yang hendak dicapai
b. Kriteria keberhasilan
c. Partisipan
d. Sumber-sumber
e. Pendekatan yang digunakan
f. Waktu
Secara tipikal kegiatan mereka digolongkan ke dalam tiga tahapan yang luas dan saling berkaitan:
- Perencanaan
Menekankan pengumpulan informasi yang dibutuhkan untuk menyiapkan suatu desain program yang efektif. Informasi diperlukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penting seperti:
a. Siapakah yang dipilih sebagai khalayak utama dari keseluruhan populasi?
b. Saluran komunikasi apakah yang paling tepat untuk khalayak ini?
c. Perilaku apa yang akan ditegakkan dengan program ini?
d. Sumber-sumber apa yang diperlukan untuk melaksanakan program?
- Implementasi
Terbagi atas siklus yang jelas. Setiap putaran meliputi informasi dasar yang sama dengan suatu pendekatan yang sedikit berbeda.
- Evaluasi
Melalui monitoring dikaji:
    1. Bagaimana suatu mikrokosmik dari khalayak yang dituju merasakan petunjuk yang mereka terima melalui program komunikasi pembangunan tertentu?
    2. Apakah khalayak menerima petunjuk tersebut?
    3. Hambatan apa yang mereka hadapi?
3. Strategi-strategi partisipasi
Dalam strategi ini, prinsip-prinsip penting dalam mengorganisir kegiatan adalah kerjasama komunitas dan pertumbuhan pribadi. Yang dipentingkan dalam strategi ini bukan berapa banyak informasi yang dipelajari seseorang melalui program komunikasi pembangunan, tapi lebih pada pengalaman keikutsertaan sebagai seorang yang sederajat dalam proses berbagi pengetahuan atau keterampilan.
4. Strategi-strategi pemasaran
Strategi ini tumbuh sebagai suatu strategi komunikasi yang sifatnya paling langsung dan terasa biasa. “Kalau anda bisa menjual produk, kenapa tidak dapat menjual kesehatan, pertanian, dan keluarga berencana?”.
IV. DIFUSI INOVASI DALAM KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
Banyak sekali pengertian difusi inovasi yang dikemukakan oleh para ahli komunikasi pembangunan. Di antaranya adalah sebagai berikut:
· Difusi adalah proses tersebarnya suatu inovasi ke dalam sistem sosial melalui saluran komunikasi selama periode waktu tertentu. Dalam kaitannya dengan sistem sosial, difusi juga merupakan suatu jenis perubahan sosial, yaitu proses terjadinya perubahan struktur dan fungsi dalam suatu sistem sosial. Ketika novasi baru diciptakan, disebarkan, dan diadopsi atau ditolak anggota sistem perubaha sosial, maka konsekuensinya yang uatam adalah terjadinya perubahan sosial (Everett M. Rogers dan F. Floyd Shoemaker.)
· Difusi teknologi adalah kegiatan adopsi dan penerapan hasil inovasi secara lebih ekstensif oleh penemunya dan/atau pihak-pihak lain dengan tujuan untuk meningkatkan daya guna potensinya. Sedangkan inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan/ atau perekayasaan yang bertujuan mengem-bangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)
· Difusi inovasi diartikan sebagai suatu proses penyebaran inovasi dari satu individu kepada individu lainnya dalam suatu sistem sosial yang sama (Leta Rafael Levis).
· Seringkali difusi dipandang sebagai suatu proses otonom yang datang dari langit, yang pasti akan menyebarkan ide-ide tentang peningkatan pendapatan dan kemakmuran, yang oleh karena itu menjamin pemerataannya di antara anggota masyarakat (Niels G. Rolling dalam Rogers).
· Difusi inovasi termasuk ke dalam pengertian peran komunikasi secara luas dalam mengubah masyarakat melalui penyebarserapan ide-ide dan hal-hal yang baru. Berlangsungnya suatu perubahan sosial, di antaranya disebabkan diperkenalkannya ataupun dimasukkannya hal-hal, gagasan-gagasan, dan ide-ide yang baru. Hal-hal baru tersebut dikenal sebagai inovasi (Zulkarimen Nasution).

Rabu, 30 Juni 2010

change life with teknlogi


1. Pendahuluan
Penggunaan teknologi berkembang dengan cepat, sejak PC (tahun 70-an) dalam segala bidang kehidupan (seperti, pendidikan, perdagangan, dan militer). Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pergeseran antara hubungan manusia dengan teknologi, yaitu ketika sebuah kondisi dimana manusia menjadi bergantung pada teknologi, terbentuk.
Dengan demikian, perkembangan teknologi tersebut kemudian mempengaruhi rancangan sistem yang harus dapat membantu manusia dalam melakukan aktivitasnya. Sistem harus sesuai dengan kebutuhan manusia dan dirancang berorientasi kepada manusia sebagai pemakai.
Sebelum sistem dirancang, maka terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan interaksi dan perancangan itu sendiri mengenai pengaruhnya terhadap nilai-nilai manusia (user) sebagai makhluk individu dan sosial.
Dalam bahasan kali ini akan dibahas tentang pengaruh teknologi terhadap kehidupan manusia serta hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang interaksi (antarmuka) terhadap sistem. Interaksi manusia-komputer memiliki fokus perhatian yang lebih luas. Selain berfokus pada rancangan antarmuka, juga memperhatikan semua aspek yang berhubungan dengan interaksi manusia dan komputer.
2. Interaksi Manusia-Komputer (IMK) pada Perkembangan Teknologi Komputer
Pertumbuhan teknologi komputer tidak boleh memiliki pengaruh negatif terhadap nilai dasar manusia (Universitas Nottingham). Kemajuan antarmuka dan teknik lain dari pengontrolan komputer (seperti dengan menggunakan joystick dan fingertip) mendukung peran keyboard dan mouse tradisional.
IMK harus dipastikan bahwa kita (manusia) yang tetap memegang kunci dalam membuat keputusan. Maka dari itu, “Being Human” menjadi usulan bagi IMK di tahun 2020. Hal ini dilaporkan secara detil di konferensi pada Maret 2007, tentang penemuan Microsoft, yang dihadiri oleh ahli-ahli IMK dari seluruh dunia. Pada 2020, kita masih dapat membaca koran ataupun majalah, tetapi konten dari koran atau majalah tersebut akan didistribusikan secara digital dan ditampilkan melalui layar yang dapat dilipat dan dapat ditaruh di saku Anda; atau bahkan pakaian kita dapat menunjukkan diagnosa kesehatan kita.
Namun, penting sekali dimana kita harus mengkombinasikan inovasi dengan pemahaman tentang pengaruhnya terhadap manusia. Tanpa pengawasan dan penilaian yang benar, maka akan terjadi kemungkinan bahwa manusia-individual ataupun kolektif-tidak dikontrol oleh diri kita sendiri ataupun orang di sekitar kita.
Hal ini dapat menyebabkan komputer bertabrakan dengan nilai dasar manusia dan konsep manusia seperti wilayah pribadi, masyarakat, identitas, kebebasan, persepsi, kecerdasan, dan privasi. Abigail Sellen, peneliti senior di Microsoft Corp mengatakan bahwa komputer telah membentuk banyak aspek di dunia modern dimana kita ingin menelusuri kemunculan teknologi saat ini yang mungkin membentuk kehidupan kita di 2020.
Selain itu, dia mengatakan bahwa komputasi memiliki potensi untuk meningkatkan kehidupan jutaan manusia di dunia. Dia percaya jika teknologi benar-benar membawa keuntungan untuk umat manusia, maka nilai manusia dan pengaruh teknologi harus dipertimbangkan segera pada proses desain teknologi. Maka, rekomendasi untuk Microsoft Corp adalah dengan IMK 2020 dapat mendesain dan mendukung nilai manusia, tidak tergantung pada cara yang bernilai ekonomi untuk mendapatkan nilai tersebut.
Microsoft telah memperhatikan masa depan IMK dan interface grafis berulang-ulang pada Windows OS, sampai 2020. Dijadwalkan tersedia pada 2010, Windows 7 (versi setelah Windows Vista) menuju ke peningkatan peran, dalam pandangan perusahaan Redmond, yaitu natural user interface pada level desktop, notebook, tabletop surface computer, tablet PC, dll. Tanpa ragu-ragu, GUI yang ditawarkan komputer dan OS sekarang tidak akan terpakai lagi di tahun 2020.
Perhatian telah beralih pada multi-touch, gerakan, pengenalan objek, speech dan bahkan antarmuka otak-komputer. Semua itu dipayungi oleh natural user interfaces, suatu bagian yang menjadi fokus Bill Gates.
3. “Being Human”, IMK Tahun 2020
Komputer telah mengubah hidup manusia. Komputer mempengaruhi bagaimana kita mengerjakan aktivitas yang paling membosankan, seperti membeli makanan, dan membayar tagihan. Komputer juga dapat memberikan pengalaman baru, misalnya, membolehkan kita berkomunikasi dengan orang lain melalui dunia virtual, dari bagian bumi manapun.
Contoh lain adalah fotografi, dari yang menggunakan kamera berbasis kimia sampai digital. Dengan kamera digital, user masih tetap dapat “point dan shoot” dengan cara yang hampir sama dengan kamera berbasis kimia.
GUI telah mendominasi cara berinteraksi dengan komputer selama lebih dari 20 tahun. Banyak kesalahan manusia yang dapat ditangani, seperti kesalahan menulis ‘teh’ maka oleh spell checker akan diperbaiki menjadi ‘the’, kesalahan menghapus maka dapat di-undo.
Tetapi ternyata hal tersebut kurang sempurna. Hal ini disebabkan kebanyakan di antara kita menderita sakit punggung dan beberapa di antara kita terkadang memukul tombol dan menekan mouse selama berjam-jam. Para peneliti mengetahui bahwa pointing, clicking, dan dragging bukan bentuk interaksi yang ideal bagi banyak task. Contohnya adalah ketika kita ingin menggambar bunga atau menuliskan nama dengan menggunakan mouse.
Beberapa tahun terakhir, teknik input yang baru telah dibangun. Teknik ini lebih kaya dan tidak rentan terhadap kelemahan interaksi keyboard dan mouse. Contohnya adalah sistem pengenalan suara yang mendukung interaksi “alami”, memungkinkan user melakukan perintah melalui suara. Permukaan multi-touch memungkinkan interaksi dengan tangan dan fingertips pada permukaan yang sensitif terhadap sentuhan, memungkinkan kita memanipulasi objek secara digital seolah-olah seperti secara fisik.
Antarmuka yang nyata juga telah dibangun, dimana setiap objek fisik di-embed dengan komputasi, dapat merasakan dan memberikan reaksi ketika objek tersebut diambil, dimanipulasi, dan dipindahkan.
Pendekatan ini sudah ditemukan pada boneka dan sistem permainan seperti Nintendo Wii. Sekarang kita juga dapat melihat adanya antarmuka otak-komputer. Dengan demikian, seseorang yang memiliki keterbatasan fisik dapat menggunakan gelombak otak-nya untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Banyak perubahan yang terjadi pada manusia dalam hubungannya dengan komputer.
Reactbale. Antarmuka multi-touch untuk bermain musik. User dapat berinteraksi dengan antarmuka tersebut secara simultan dengan memindahkan dan memutar objek fisik di permukaannya. Dikembangkan oleh Sergi Jordà dan rekan-rekannya di Universitas Pompeu Fabra, Barcelona.

HotHand Device. Cincin dengan electric guitar players, menggunakan sensor gerak dan wireless transmitter untuk membuat berbagai efek suara yang disesuaikan dengan gerakan tangan.

Audiovox’s Digital Message Center. Ditempelkan di kulkas, sehingga salah satu anggota keluarga dapat menulisi catatan digital dan meninggalkan pesan (audio dan video) untuk anggota keluarga lainnya.

Sony’s EyeToy. Sebuah kamera di depan TV memproyeksikan image seorang user ke layar bermain, memungkinkannya berinteraksi dengan game menggunakan perpindahan dan pergerakan lengan.

Berikut adalah gambar yang menunjukkan bahwa terjadi perubahan masyarakat disebabkan perkembangan teknologi. Seorang pria di Cape Town, Afrika Selatan, menjual mobile phones. Pada 2007, 77% orang Afrika memiliki mobile phone, dan hanya 11% yang memiliki akses komputer.

4. Masalah Interaksi dan Desain
Teknologi, manusia, dan masyarakat berubah. IMK perlu memperluas metode dan pendekatan-nya untuk fokus dengan jelas terhadap nilai manusia. Hal ini memerlukan pandangan yang lebih sensitif terhadap peran, fungsi, dan konsekuensi dari desain.
Pada 2020, hubungan masyarakat dengan teknologi akan cukup berbeda daripada sekedar menjadi pengguna komputer. Pola pikir yang cukup berbeda diperlukan untuk mendesain, mengontrol, dan berinteraksi dengan ekosistem teknologi. IMK perlu memahami dan menganalisis permasalahan yang sedang berkembang luas, khususnya nilai manusia, termasuk aspek domain baru. Contohnya yaitu dalam mendesain peralatan komunikasi mobile yang membuat visible pemiliknya terhadap orang lain di sekitarnya. Orang lain dapat secara permanen melacak, merekam, dan melihat apa yang telah dilakukan seseorang tadi terhadap device mereka.
Apa yang akan dibuat visible dan apa yang akan disembunyikan pada sebuah interface, bagaimana mengakses dan merepresentasikan ke orang lain, akan dipengaruhi oleh berbagai pengaruh, yang pada gilirannya, sikap, norma, dan praktik sosial yang dipertimbangkan secara etis dan dapat diterima.
Ada 5 transformasi utama yang secara dramatis mempengaruhi bagaimana kita berinteraksi dengan teknologi komputasi ketika kita beralih ke 2020, mulai dari bagaimana kita memahami dan mendesain interaksi, sampai pada pengaruhnya terhadap masyarakat. Perubahan yang terjadi terhadap komputer, kehidupan seseorang, dan masyarakat dapat dipandang sebagai contoh dari lima transformasi yang mengubah hubungan kita dengan komputer.
Transformasi yang pertama adalah komputasi dengan antarmuka tunggal tidak lama lagi akan memiliki beberapa antarmuka yang berbeda. Beberapa antarmuka dibuat oleh computer encroaching pada personal space, pun menempel pada tubuh kita. Tranformasi pertama disebut sebagai the end of interface stability. Kita perlu untuk memahami dan mendesain interaksi dimana gagasan suatu interface tidak mudah lagi didefinisikan, stabil, atau ditetapkan.
Pergeseran Batasan antara Komputer dan Manusia
Dalam transformasi ini dibicarakan tentang bagaimana nilai-nilai manusia mempengaruhi batasan-batasan antarmuka. Misalnya, peralatan medis yang diletakkan di dekat kita atau bahkan ditanam pada tubuh kita. Namun, apa pengaruhnya terhadap identitas pemakainya ? Apakah komputer yang ditanam pada tubuh kita merupakan bagian dari identitas tersebut ? Demikian juga, jika batasan antara kita dan peralatan tersebut tidak terlihat, sepenting apakah kita harus mengatur dan mengontrol batasan tersebut ? Hal-hal tersebut merupakan permasalahan yang harus dihadapi di masa yang akan datang.
Masalah untuk interaksi dan desain :
a) Bagaimana kita akan tahu sumber komputasi apa yang tersedia di dalam tubuh kita dan bagaimana interaksinya terhadap sekitar kita ?
b) Teknik interaksi apa yang sesuai jika peralatan yang ditanam tidak memiliki antarmuka yang jelas dan dikenal ?
c) Apakah konsep lama antarmuka menjadi usang dan tidak relevan di masa yang akan datang ?
Masalah terhadap pengaruh yang lebih luas :
a) Apakah peralatan bio-sensing dapat diterima jika tubuh mengalami sakit parah ?
b) Apakah fungsi tubuh manusia dapat dimonitor tanpa kesadaran dan ijin dari fungsi tersebut ?
c) Bagaimana kita mengakses dan mengontrol informasi dari peralatan yang ditanam ?
Pergeseran batasan antara komputer dan aktivitas sehari-hari
Sama halnya antarmuka antara manusia dan komputer secara cepat mengubah dan juga menjadi batas antara teknologi komputasi dan objek-objek dan permukaan pada dunia sehari-hari. Di masa depan, sebuah komputer semakin mungkin ditanam pada furniture, ruangan, mobil, pintu, dan pakaian.
Masalah untuk interaksi dan desain :
a) Bagaimana teknik interaksi baru digabungkan dengan kemampuan yang sebelumnya ada ?
b) Menyentuh dan berjalan merupakan suatu interaksi, lalu bagaimana kita tahu dan bagaimana kita mengontrol interaksi tersebut ?
c) Seberapa bergunakah definisi konvensional dari “use” dan “users” ?
Masalah terhadap pengaruh yang lebih luas :
a) Seberapa diterimakah interaksi tidak langsung terhadap masyarakat ? Misalnya, apakah dapat diterima jika layanan interaktif yang invisible disediakan di WC umum, pantai, atau di hutan belantara ?
b) Apakah kebutuhan manusia selalu tersedia dengan sebuah indikasi bahwa mereka telah memulai interaksi ?
c) Apakah manusia dapat memilih dunia interaktif yang terhubung dengan jumlah yang lebih banyak ?
Kedua, perubahan bagaimana kita hidup dan menggunakan teknologi menjadikan kita lebih bergantung pada komputasi. Transformasi ini disebut the growth of techno-dependency.
Semakin kita bergantung pada teknologi untuk menjalankan aktivitas kita sehari-hari, maka kita harus semakin mempercayai teknologi tersebut untuk melakukannya.
Masalah untuk interaksi dan desain :
a) Apakah akan ada harapan terhadap teknologi yang lebih baik dan lebih cepat dan apa maknanya terhadap teknologi baru yang kita desain?
b) Apa akibat dari teknologi pada 2020 dan bagaimana akibat tersebut mengubah keahlian dan pemahaman dari generasi selanjutnya ?
c) Bagaimana kita mendesain teknologi untuk membantu manusia mengatasi dunia yang terus bergantung terhadap teknologi ketika infrastuktur mengalami kegagalan, malfunction, atau hilang ?
Masalah terhadap pengaruh yang lebih luas :
a) Jika kemampuan menghitung telah diganti dengan kehadiran kalkulator, keahlian lain yang manakah yang akan menjadi usang ? Apakah masyarakat memperhatikan hal ini ?
b) Apakah teknologi dapat disalahkan atas kecelakaan dan bencana ataukah desainer dan developer yang bertanggung jawab ?
c) Jika masyarakat berkembang bergantung pada teknologi dan interaksi menyokong ketergantungan tersebut, siapa yang bertanggung jawab ?
Ketiga, teknologi komunikasi tidak hanya sekedar mudah dan cepat, seperti mengirim email daripada menulis surat. Tetapi bagaimana agar seseorang bisa lebih dekat dengan orang lain. Transformasi ini disebut the growth of hyper-connectivity.
Pada saat ini, kita berkomunikasi dengan teman dan keluarga dalam jarak yang lebih luas dan waktu yang lebih lama, daripada sebelumnya. Sekarang kita dapat berkomunikasi dengan mereka di mana saja dan kapan saja. Hyper-connectivity meningkatkan permasalahan dasar tentang pemahaman dan pendesainan interaksi.
Masalah untuk interaksi dan desain :
a) Bagaimana teknologi dapat membantu kita untuk mengatur bahwa kita “available” terhadap orang lain ?
b) Bagaimana seharusnya teknologi dan layanan baru didesain untuk memenuhi etika ?
c) Bagaimana teknologi komunikasi baru didesain agar orang dapat yakin bahwa orang lain yang dihubunginya adalah orang yang sebenarnya dan bagaimana caranya ?
Masalah terhadap pengaruh yang lebih luas :
a) Struktur sosial yang seperti apa yang sesuai dan yang dibutuhkan untuk membantu kehidupan manusia ?
b) Apa pengaruhnya terhadap kehidupan sosial yang luas ?
c) Bagaimana seharusnya kita mengatur masyarakat yang terhubung agar saling menguntungkan tanpa penyalahgunaan teknologi ?
Keempat, Keinginan kita untuk menyimpan banyak informasi tentang kehidupan dan apa yang kita kerjakan (personal, pemerintah, institusi) yang didukung kapasitas teknologi yang menyediakan ruang penyimpanan data yang lebih. Disebut the end of the ephemeral.
Tinggal di dunia yang pemonitorannya terus meningkat
Masalah untuk interaksi dan desain :
a) Bagaimana teknologi monitoring didesain untuk memberikan feedback dan kontrol terhadap apa yang diamati ?
b) Apakah manusia dapat memilih untuk dimonitor dan bagaimana kita mendesain teknologi untuk melakukannya ?
c) Bagaimana informasi dan kebutuhan yang bersifat privasi dapat diseimbangkan melalui desain ?
Masalah terhadap pengaruh yang lebih luas :
a) Panduan etis apa yang diperlukan untuk mengatur informasi yang dimonitor dan bagaimana panduan tersebut di-review dan diimplementasikan ?
b) Tanggung jawab siapa untuk memastikan bahwa sistem monitoring didesain untuk menyeimbangkan hak setiap individu dalam masyarakatnya ?
c) Bagaimana kita memastikan bahwa pemonitoran aktivitas dapat mengubah perilaku kelompok sosial yang lebih baik ?
Kelima, perkembangan pesat menyebabkan lahirnya berbagai jenis peralatan digital yang diperuntukkan dalam berbagai aspek kehidupan dan untuk siapa saja, telah mempengaruhi kita, membuat kita dapat bekerja, bermain, dan berekspresi melalui berbagai cara yang baru. Disebut the growth of creative engagement.
Masalah untuk interaksi dan desain :
a) Apakah otomatisasi lebih lanjut meneruskan pemikiran manusia dan penyelesaian permasalahan ?
b) Bagaimana interaksi dan desain peralatan komputasional yang baru terstruktur sehingga peralatan tersebut tidak menghalangi kreativitas ?
c) Toolkit baru apa yang dapat dikembangkan untuk pengetahuan dan lainnya untuk membuat tool sendiri, untuk menyelesaikan permasalahan sendiri, dan menjelajahi kesempatan baru ?
Masalah terhadap pengaruh yang lebih luas :
a) Apa arti tool baru tersebut bagi keahlian alami di masa depan ?
b) Apakah ilmuwan menjadi terlalu bergantung pada tool ?
c) Apakah tool berbasis komputer pada akhirnya menjadi kompleks sehingga tidak lama lagi tool tersebut tidak dapat dipahami oleh orang yang mengembangkannya ?
Setiap transformasi mempengaruhi cara kita memandang interaksi dan desain. “Being Human” dalam hubungan kita dengan teknologi berarti bahwa kita perlu mengedepankan dan memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai nilai-nilai manusia dan menjadikan nilai-nilai tersebut inti dari bagaimana kita memahami dan mendesain.
5. Desain dan Penelitian yang user-centred
Desain dan penelitian secara khas mengikuti iterative cycle, terdiri dari empat proses dasar yang kita pelajari, desain, bangun dan mengevaluasi teknologi. Perkembangan terhadap model desain IMK tersebut kemudian diperluas yaitu dengan menambah suatu stage yang disebut dengan “understand” yang memerlukan analisis konseptual. Sekarang, tujuan khusus penelitian IMK adalah mendesain dan mendesain ulang teknologi komputasi khusus (produk, layanan, aplikasi, atau sistem) untuk meningkatkan pengalaman (misal, shopping online) atau untuk membuat pengalaman yang cukup berbeda dengan sebelumnya.
Pendekatan yang diperluas terhadap penelitian dan desain IMK adalah ditujukan untuk membolehkan nilai-nilai manusia dimasukkan ke dalam semua stage. Cycle, pada IMK, dapat dimulai dari titik manapun, dan biasanya beriterasi dalam bagian penelitian atau perancangan.
Berikut adalah empat stage model desain dan penelitian yang merupakan user-centred yang konvensional..

Berikut adalah lima stage model desain dan penelitian yang merupakan user-centred yang diperluas.

Understand
a) Menyediakan framework untuk memandu perancangan dan penelitian.
b) Berfokus pada nilai-nilai manusia dan untuk menunjuk dengan tepat nilai-nilai tersebut yang kita harapkan untuk mendesain dan meneliti.
c) Membutuhkan gagasan yang bersifat reflektif dan penggambaran analisis konseptual pada disiplin yang lain (filosofi, psikologi, seni, teori sastra, kebudayaan, antropologi, sosiologi, dan desain).
d) Stakeholder dan user terlibat dalam pengembangan dan perancangan teknologi untuk mengetahui jenis nilai apa yang stakeholder percaya dapat diperoleh oleh user dari teknologi yang dibuat, dan tipe user seperti apa dan domain aktivitas apa yang diperhatikan.
e) Hasilnya adalah pilihan (user, domain aktivitas, lingkungan atau budaya) yang harus ditentukan. Hasil ini akan menunjukkan penelitian dasar yang akan di bawa ke stage 2 (Study).
Study
a) Menyempurnakan detil tentang bagaimana individu dan kelompok sosial mencapai tujuannya.
b) Terdiri dari pengembangan pemahaman tentang faktor-faktor yang berperan dalam bagaimana nilai yang diutamakan termanifestasi di kehidupan sehari-hari.
c) Berbeda dengan proyek IMK biasa yang hanya memperhatikan interaksi invidual atau sekumpulan task atau praktik, extended study lebih luas. Extended study dimulai dengan memperhatikan rincian task dan praktik, yang kemudian bagaimana mekanisme interaksi tersebut membantu manusia mencapai nilai yang bertahan lama dan melebihi interaksi.
Design
a) Merupakan fase perancangan dan kreatif. Pada fase ini tujuan perancangan harus terlihat.
b) Tujuan perancangan adalah untuk lebih mendalami pemahaman terhadap sekumpulan nilai, sekelompok orang, atau domain.
Build
a) Tahap ini melibatkan apapun dari metode dengan teknologi rendah (misal, paper prototypes dan sketches) ke sistem dengan teknologi yang lebih tinggi dan kuat untuk pengujian jangka panjang.
b) Banyak pembangunan dalam IMK berbasis perangkat lunak, memerlukan pengembangan antarmuka untuk suatu device desktop atau mobile. Pada 2020, pembangunan dalam IMK akan lebih hybrid.
c) Membutuhkan pengembangan antarmuka perangkat lunak ditambah campuran baru dari perangkat keras.
d) Tujuan dari tahap ini adalah membangun sesuatu, dengan cara/mode apapun.
Evaluate
a) Melibatkan evaluasi terhadap apa yang telah dibangun.
b) Kerja desain hanya merepresentasikan tebakan terbaik tentang jenis solusi apa yang dapat mencapai tujuan penelitian dan desain. Tahap ini bertujuan untuk menguji tebakan terbaik tersebut.
c) Metodologi IMK yang sudah ada dapat digunakan.
d) Tujuan selanjutnya dari tahap ini adalah mengidentifikasikan (oleh peneliti IMK) keahlian apa di luar domain (domain peneliti IMK) yang dibutuhkan.
6. Kesimpulan
Perkembangan teknologi dapat menyebabkan manusia semakin bergantung dengan teknologi tersebut memudahkan user (manusia) untuk memanfaatkannya. Akan tetapi, perlu diperhatikan juga nilai-nilai dasar manusia agar dipertahankan, sehingga bukan sistem yang mengatur user, tetapi user yang mengatur sistem.
Daftar Pustaka :
[1] Tom Rodden. “Human Computer Interaction in The Year 2020”. Avaible at http://www.medicalnewstoday.com/articles/102984.php. Accessed on May, 28th 2008.
[2] Richard Harper, Tom Rodden, Yvonne Rogers, and Abigail Sellen (editor). “Being Human : Human-Computer Interaction in The Year 2020”. Available at http://research.microsoft.com/hci2020/downloads/beinghuman_a3.pdf. Accessed on May, 28th 2008.