Selasa, 18 Januari 2011

PERSPEKTIF DALAM ILMU KOMUNIKASI

Secara umum sejumlah teori komunikasi menggunakan metode dan logika penjelasan yang terdiri dari empat perspektif yang mendasari pengembangan teori dalam ilmu komunikasi. Keempat perspektif itu adalah:
1. Covering Law Theories (CL)
Pespektif ini berangkat dari prinsip sebab-akibat atau hubungan kausal. Rumusan umum dari prinsip ini antara lain dicerminkan dalam pernyataan hipotesis.
Misal; jika A . . ., maka B . . .Menurut Dray penjelasan CL didasarkan pada dua asas:
(1) teori berisikan penjelasan yang berdasarkan pada keberlakuan umum/hukum umum.
(2) penjelasan teori berdasarkan analisis keberaturan.
Dalam CL terdapat tiga macam penjelasan:
1. Deductive-Nomological (D-N), penjelasan terbagi atas dua bagian, yaitu objek penjelasan (apa yang dijelaskan) dan subjek penjelasan (apa yang menjelaskan). Contoh semua X . . adalah Y. X dan Y bersifat universal.
2. Deductive-Statistical (D-S), berdasarkan prinsip probabililstik dalam ststistik. Formulanya dapat dirumuskan sebagai berikut: P (X,Y)=R, menyatakan R menunjukan bahwa proporsi X bersama Y bisa sama dengan R.
3. Inductive-Statistical (I-S), prisipnya sama dengan D-S, bedanya subjek penjelasan dijadikan pendukung induktif untuk menerangkan objek penjelasan. Contoh; P (T,R) = 0,90.
Prinsip Covering laws ini pada dasarnya memiliki keterbatasan:
1. Keberlakuan prinsip universalitas bersifat relatif.
2. Formula statistik CL sulit diterapkan dalam mengamatia tingkah laku manusia. Karena pada dasarnya tingkah laku manusia suka berubah dan sulit diterka.
3. Manusia dalam kehidupannya juga terikat pada ikatan budaya tertentu.
4. Kehidupan manusia penuh keragaman dan kompleks.
5. Terlalu berdasar pada hitungan statistik yang belum tentu sesuai dengan realitas.
2. Rule Theories.
Pemikiran perspektif ini berdasarkan pada prinsip praktis bahwa manusia aktif memilih dan mengubah aturan-aturan yang menyangkut kehidupannya. Agar komunikasi dapat berlangsung dengan baik individu-individu yang berinteraksi harus menggunakan aturan-aturan dalam menggunakan lambang-lambang. Bukan hanya aturan mengenai lambang itu sendiri, tetapi juga harus ada aturan atau kesepakatan dalam hal giliran berbicara, bagaimana bersikap sopan santun atau sebaliknya, bagaimana harus menyapa, dan sebagainya, agar tidak terjadi konflik atau kekacauan.
Perspektif ini memiliki dua ciri utama:
1. Aturan pada dasarnya merefleksikan fungsi-fungsi perilaku dan kognitif yang kompleks dari kehidupan manusia.
2. Aturan menunjukan sifat-sifat dari keberaturan yang berbeda dari keberaturan sebab akibat.
Para ahli penganut aliran evolusi mengemukakan bahwa dalam mengamati tingkah laku manusia, perspektif ini menunjuk tujuh kelompok di mana masing-masing mempunyai penekanan yang berbeda dalam pengamatannya.
1. memfokuskan perhatiannya pada pengamatan tingkah laku sebagai aturan.
2. mengamati tingkah laku yang menjadi kebiasaan.
3. menitikberatkan perhatiannya pada aturan-aturan yang menentukan tingkah laku.
4. mengamati aturan-aturan yang menyesuaikan diri dengan tingkah laku.
5. memfokuskan pengamatannya pada aturan-aturan yang mengikuti tingkah laku.
6. mengikuti aturan-aturan yang menerapkan tingkah laku.
7. memfokuskan perhatiannya pada tingkah laku yang merefleksikan aturan.
Dalam konteks komunikasi antarpribadi, pemikiran perspektif ini menekankan bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil atau refleksi dari penerapan aturan yang disepakati bersama. Dalam hal ini ada empat proposisi yang diajukan:
1. tindakan-tindakan yang bersifat gabungan, kombinasi dan asosiasi merupakan ciri-ciri perilaku manusia.
2. Tindakan-tindakan di atas disampaikan melalui pertukaran informasi simbolis.
3. Penyampaian informasi simbolis menuntut adanya interaksi antarsumber, pesan, dan penerima yang sesuai dengan aturan komunikasi yang disepakati.
4. Aturan-aturan komunikasi ini mencakup pola-pola umum dan khusus.
3. Sistem Theories.
Secara umum sistem mempunyai empat ciri:
(1) sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari elemen-
elemen yang masing-masing mempunyai karakteristik
tersendiri.
(2) sistem berada secara tetap dalam lingkungan yang berubah.
(3) sistem hadir sebagai reaksi atas lingkungan.
(4) sistem merupakan koordinasi dari hirarki.
Ada banyak jenis sistem, tetapi yang sering terkait dengan teori komunikasi adalah sistem terbuka dan structural-functional.
Sistem terbuka (open sistem) ditandai dengan:
i. Unsur-unsur yang ada dalam sistem
ii. Fungsi dari masing-masing sistem
iii. Hubungan antara unsur dalam sistem
iv. Lingkungan sosial budaya di mana sistem berada.
Komunikasi organisasi banyak dipengaruhi oleh logika berpikir sistem, di mana komunikasi organisasi berhubungan dengan komunikasi interpersonal dalam oranisasi yang di dalamnya terdapat hirarki.
4. Symbolic Interactionisme
Perspektif ini berkembang dari sosiologi. Menurut Jarome Manis & Bernard Meletzer terdapat tujuh proposisi umum yang mendasarinya:
1. tingkah laku manusia dan interaksi antarmanusia dilakukan melalui perantaraan lambang-lambang yang mengandung arti.
2. orang menjadi menusiawi setelah berinteraksi dengan orang-orang lain.
3. masyarakat merupakan himpunan dari orang-orang yang berinteraksi.
4. manusia secara sukarela aktif membentuk tingkah lakunya sendiri.
5. kesadaran dan proses berpikir seseorang melibatkan proses interaksi dalam dirinya.
6. bahwa manusia membangun tingkah lakunya dalam melakukan tindakan-tindakannya.
7. untuk memahami tingkah laku manusia diperlukan penelaahan tentang tingkah laku perbuatan tersembunyi.
Tokoh yang paling dikenal dalam aliran ini adalah Herbert Mead dengan bukunya,”Mind, Self and Society”. Diikuti kemudian Manford Kuhn (The Iowa School) dan Herbert Blumer (The Chicago School).
Pokok pikiran G.H. Mead
Menurut Mead, orang adalah aktor (pelaku) dalam masyarakat, bukan reaktor. Sementara “Social act” sebagai payungnya. Dalam ha ini tindakan social mencakup tiga bagian yang saling berkaitan (1) gerak isyarat/gesture dari individu, (2) tanggapa terhadap gesture secara explicit atau impisit; (3) hasil dari tindakan dipersepsikan oleh kedua belah pihak.
Mead menyatakan bahwa tindakan merupakan suatu unit lengkap yang tidak bisa dianalisis secara terpisah. Masyarakat merupakan himpunan dari perbuatan-perbuatan kooperatif yang berlangsung diantara anggotanya. Kooperatif yang dimaksud bukan hanya menyangkut masalah fisik-biologis saja, tetapi juga menyangkut aspek psikologis, karena melibatkan proses berpikir (minding). Jadi kooperatif mengandung arti membaca atau memahami tindakan dan maksud orang lain agar dapat berbuat sesuai dengan cara yang sepemahaman dengan orang lain. Hal ini pada dasarnya ingin menekankan pentingnya aspek berbagi arti atas simbol-simbol yang digunakan diantara anggota masyarakat. Dengan demikian interaksi social merupakan hasil perpaduan antara pemahaman diri sendiri dan pemahaman atas orang-orang lain.
Salah satu konsep yang dikembangkan oleh Mead adalah konsep generalized other, yang menunjukan bagaimana seseorang melihat dirinya sebagaimana orang lain melihat dirinya. Contoh konsep I and Me. Konsep “I” menunjuk pada kondisi seseorang melihat dirinya sendiri secara subjektif. Sedangkan konsep “me” adalah generalized other, yakni bagaimana seseorang melihat dirinya sebagai objek pandangan orang lain tentang dirinya.
Pokok Pikiran Herbert Blumer
Orang pertama yang mencetuskan istilah symbolic interctionist, pokok pikirannya antara lain:
1. manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan pemahaman arti dari sesuatu tersebut.
2. pemahaman arti ini diperoleh melalui interaksi.
3. pemahaman arti ini merupakan hasil proses interpretasi.
Dengan demikian “meaning” atau makna atau arti dari sesuatu, merupakan hasil dari proses internal dan eksternal (karena diperlukan interaksi). Menurut Blummer suatu objek mengandung tiga hal; (1) things atau benda fisik; (2) social things, atau benda sosial, seperti manusia; (3) ide/gagasan.
Sama halnya dengan Mead, Blumer memandang orang sebagai aktor, bukan reaktor. Tindakan sosial merupakan perluasan dari tindakan-tindakan individu, di mana masing-masing individu menyesuaikan tindakannya sehingga hasilnya adalah gabungan. Secara metodologis Blumer menempatkan dirinya sebagai orang kualitatif.
Pokok Pikiran Manford Kuhn
Berbeda dengan dua pemikiran di atas, Kuhn lebih bersifat mikro dan empiris/kuantitatif
Ada empat hal yang dikemukakan Kuhn:
1. objek sasaran, bisa mencakup semua aspek realitas. Dapat berbentuk benda, kualitas, peristiwa atau keadaan.
2. rencana tindakan, totalitas pola tindakan seseorang terhadap objek sasaran tertentu.
3. orientasi pada orang lain, orientasi kehidupan seseorang dipengaruhi oleh orang lain di sekitarnya.
4. konsep diri, mencakup (1) konsep diri dipandang sebagai rencana tindakan individu terhadap dirinya sebagai objek: (2) konsep diri mencakup identitas (peran dan status), minat (interest), tujuan, ideologi serta evaluasi diri.
Secara metodologis konsep diri ini bisa dioperasionalkan dalam dua variable:
i. ordering variable, yang diukur adalah hal-hal menonjol dalam individu, misalnya soal keagamaan , politik, dsb
ii. Thelocus variable, pengelompokkan pada peran yang terlihat seperti mahasiswa, suami, remaja, dsb.
Pokok Pikiran Kenneth Burke : The Dramatism
Pemikiran Burke juga Erving Goffman dan Hugh Duncantentang Symbolic Interactionism ditandai dengan penggunaan metafora-metafora dramatis. Menurutnya tindakan orang dalam kehidupan sehari-hari ibarat dalam panggung sandiwara.
Burke memandang tindakan (act) sebagai konsep dasar dalam dramatism. Lebih lanjut ia membedakan antara konsep action (tindakan) dan motion (gerak). Semua benda dan binatang di dunia ini memiliki gerak. Manusia memiliki tindakan. Tindakan pada dasarnya merupakan tingkah laku dari individu yang punya maksud dan bersifat sukarela. Dramatism adalah studi tentang tindakan aksi. Sedangkan tentang motion disebut sebagai mechanism.
Dalam pembahasannya tentang komunikasi, burke menggunakan lima konsep yang tidak dipisahkan satu sama lainnya: (1) persuasion/persuasi; (2)identification/identifikasi; (3) consubstansialitas; (4) communication; (5) rhetoric.
Teori komunikasi dari Burke ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. substansi adalah dasar dari proses komunikasi. Substansi ini bersifat umum, fundamental, atau esensi dari suatu substansi harus dipandang secara holistik/menyeluruh. Oleh karena itu komunikasi antar individu harus dipandang sebagai fungsi langsung dari upaya berbagi kebersamaan substansi. Ini karena komunikasi merupakan proses berbagi arti tentang lambang-lambang yang digunakan.
2. komunikasi melibatkan identifikasi tentang substansi. Kebalikan dari identifikasi adalah division. Melalui komunikasi identifikasi substansi semakin meningkat dan ini yang mendorong tombulnya kebersamaan arti (substantiality) dan kemudian adanya saling pengertian.
3. identifikasi dapat menjadi alat persuasi, dan upaya identifikasi ini bisa dilakukan secara sadar atau tidak sadar, direncanakan atau secara kebetulan. Idealnya, upaya identifikasi merupakan hasil perpaduan dari ide, sikap, perasaan dan nilai-nilai yang dipegang.
4. upaya identifikasi melibatkan strategi, atau dalam konsep Kuhn disebut sebagai plant of action. Strategi para komunikator untuk tujuan identifikasi ini pada dasarnya merupakan tindakan retorik (rhetorical act).
Burke mengemukakan suatu model analisis komunikasi yanng ia sebut sebagai dramatistic pentad. Model ini merinci 5 model komunikasi yang dapat digunakan untuk meneliti:
(1) Act, atau tindakan yang dilakukan aktor.
(2) Scene, yaitu situasi atau setting tindakan.
(3) Agent, semua yang menyangkut dari karakteristik dari si aktor.
(4) Agency, alat atau sarana yang dipakai aktor untuk melakukan tindakannya, seperti saluran, pesan, strategi, institusi, dll.
(5) Purpose, maksdu dan tujuan tindakan.
By: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si.
Referensi:
1. Sasa Djuarsa S., Teori Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta. 2003
2. John Fiske, Introduction to Communication Studies, Sage Publications, 1996
3. Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communiation, Wadsworth Publication, New Jersey, 1996.
4. Brent D. Ruben, Communication and Behaviour, Prentice Hall, New Jersey, 2004

Tidak ada komentar: